28 Januari 2008

Dari Tanadoang semakin Kaya (mungkin Hikmah kematian Pak Harto bagi saya)

Baru saja tiba dari terminal Mallengkeri setelah seharian penuh trip Selayar-Makassar. Laptop langsung konek untuk baca2 blog-blog terbaru, dan singgahlah saya di blog-nya risyani (Ber ibu Hikmah Sakit).

Saya teringat beberapa jam yang lalu, sedang berbincang-bincang dengan Bang Usman (baru kenal) di Bus. Dia bilang, kalo melihat Pak Harto sekarang, kita ini harusnya merasa sangat kaya. Saya tanya kenapa? (Bukan Iklan)

Dia jawab, pertama, untuk bisa bernafas seperti itu saja, beliau harus menggunakan alat bantu, yang seandainya harus dibayar (misalnya Pak Harto itu bukan mantan RI 01), pasti habis jutaan sehari. Berikutnya ginjal, lalu obat-obatan, biaya tim dokter dan lain sebagainya yang harus dibelanjakan oleh karena ia sakit.
(Beberapa menit setelah bincang-bincang ini, saya dapat SMS dari adik kalo Pak Harto meninggal dunia Inna Lillaahi wa Inna Ilaihi Raaji'uun, sekitar pukul 13-an.)

Saya berusaha "mencerna" (lamvat loading...). Benar juga, saya bisa bicara akhirnya.

"Kesehatan sangatlah mahal". Saya hanya akting mencerna, tapi bukan juga bermaksud pura-pura (ingat adegan di atas). Saya memahami hal ini melalui banyak pengalaman, membaca dan diskusi (mungkin belum sebanyak Pak Harto). Dan saya sangat setuju Bang Usman mengambil kesimpulan di atas.

"Orang sehat adalah orang yang sangat kaya". Ini hanyalah derivat dari bolded-quoted sentence sebelumnya. Mungkin tidak ada artinya lagi buat Pak Harto yang telah meninggal. Tapi saya yakin ini besar artinya untuk kita yang masih menjalani hidup.

Tidak satu organpun, yang ada ditubuh kita, yang bisa dinilai dengan materi. Tubuh sehat kita adalah salah satu karunia Allah yang wajib kita syukuri dan jaga. Itulah juga yang membuat kita jadi kaya dan bahagia (denotative -ly).

Akhirnya tulisan ini juga mengingatkan saya pada momen ujian komprehensif di Bagian IKM&IKK, saat dr. Muksen Sarake (to whom I dedicated this blog entry), mengajukan pertanyaan terakhirnya: "Apa itu masyarakat sehat?", dengan sugaray saya jawab "Masyarakat yang senang". Sudut bibir beliau terangkat ke atas, saya menangkap ekspresi senang (beliau bagian dari masyarakat sehat juga rupanya), dan saya ikut senang (saya pun sehat).

Selamat jalan Bapak H.M. Soeharto, saya turut berduka untuk keluarga beliau (sebagai sesama umat manusia), terima kasih dr. Muksen Sarake, dan Inspired by Beribu hikmah sakit-nya risyani ("Kamu sekarang sudah merasa kaya-kah, atau memang sudah kaya dari dulu?")

Wallahu 'Alam Bissawab

3 komentar:

  1. nyamanna tulisanta ini, menginspirasi dan menggelitik ..

    BalasHapus
  2. Great Posting, jangan pernah bosan nulis prenk...

    BalasHapus
  3. thaks sira and halfian. Mungkin cuma dibaca anda berdua.

    BalasHapus

Tanggap